Novel ini menceritakan
tentang sepasang suami istri yang memiliki anak bernama Ikal, yang diramal akan
menjadi seorang penulis buku dan akan menemukan jodohnya sebentar lagi yang
berada di sekitarnya, dan sepertinya A Ling, anak sahabat Ayah Ikal. Ikal
selalu bermain bersama A Ling setiap sorenya. Hingga pada suatu hari, A Ling
harus pergi ke keluar kota karena Ayah A Ling akan membuka toko kelontong
disana.
Tahun demi tahun pun berlalu, tidak ada kabar dari A Ling
sama sekali, hingga Ikal bersekolah di tingkat sekolah dasar di SD Muhammadiyah
pun belum juga ada kabar. Kondisi sekolah Ikal sanagt memprihatinkan.
Sekolahnya masih memakai black board
dan kapur, sehingga setiap minggu para muridnya harus bergantian membeli kapur
di Toko Sinar Harapan. Dan jika giliran Ikal tiba, Ikal tidak mau
menjalankannya. Tetapi, pada saat A Kiong memberi tahu bahwa anak pemilik toko
tersebut sangatlah cantik, namanya A Ling, sepupu A Kiong. Ikal pun menjadi
bersemangat. Sejak saat itu, Ikal menjadi ketagihan untuk membeli kapur.
Saking sukanya dengan A Ling, Ikal hingga membuat puisi dan
lagu untuk A Ling. Teman-temannya membuat kejutan untuk Ikal dengan bernyanyi
dan menari bersama lagu Koes Plus berjudul Cinta Buta dengan formasi benbentuk
hati. Ikal merasa sangat senang dan berterima kasih kepada teman-temannya.
Suatu ketika Ikal ingin mengungkapkan perasaannya kepada A
Ling, tetapi Ikal tidak tahu bagaimana caranya. Salah satu temannya menyarankan
dengan mengirim surat lewat burung merpati milik Pak Heru, tetangga Ikal,
tetapi menurut Ikal, Pak Heru sangatlah seram padahal tidak. Moko, yang sudah
lama kenal dengan Pak Heru pun membantu Ikal. Dan akhirnya Ikal dipinjamkan
burung merpatinya. A Ling juga menjawab surat dari Ikal.
Mahar memiliki ide untuk membuat labirin kapur A Ling. Jika
Ikal benar-benar mengagumi A Ling, Ikal akan mengetahui kapur-kapur milik A
Ling yang akan berakhir di jalan keluar tanpa tersesat. Ikal hampir menyerah
karena hujan turun dan labirin tidak semudah yang Ikal bayangkan,tetapi saat
Ikal melihat A Ling yang berada di depannya, Ikal langsung pingsan. Setelah
Ikal siuman, A Ling mengakui bahwa A Ling juga mengagumi Ikal. Tetapi, Ikal
sangat sedih karena A Ling akan pindah ke Jakarta. Esoknya, A Ling memberikan
kapur untuk terakhir kalinya kepada Ikal. Ikal pun menyimpan kapur tersebut dan
kembali belajar seperti biasa tanpa masalah cinta. Seperti apa yang dikatan
gurunya bahwa umur Ikal masih terlalu kecil untuk memikirkan masalah cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar