Hellow! Baca yaa, ini
tentang TAPASS yang di pelajaran bahasa Indonesia. Contoh ceritanya pake cerita
rakyat dari Jakarta, SI PITUNG!
SI
PITUNG
Pada
jaman penjajahan Belanda dahulu, di daerah Rawabelong, Kebayoran, Jakarta, hiduplah
seorang pria gagah yang bernama si Pitung. Dia lahir dari pasangan yang bernama
Pak Piun dan Bu Pinah. Pekerjaan Pak Piun sehari-hari adalah bertani.
Daerah tempat
tinggal Pitung adalah daerah kekuasaan tuan tanah yang bernama babah Liem Tjeng
Soen, sehingga semua warga yang tinggal di situ wajib membayar pajak. Suatu
hari, Pitung melihat anak buah babah
Liem merampas ayam, kambing, kelapa, dan padi dari penduduk, tanpa rasa iba. Anak
buah babah menghampiri dan menyerang si Pitung. Mereka kalah.
Pak
Piun menyuruh si Pitung menjual kambing ke Pasar Tanah Abang. Sepulang dari
pasar, Pitung mandi di sungai dan berwudhu. Ketika itu, anak buah babah Liem mencuri
uang hasil penjualan kambing dari saku bajunya yang diletakkan di pinggir
sungai. Sesampainya di rumah, uang itu tidak ada di sakunya. Setelah melakukan
penyelidikan, ia menemukan orang itu, yaitu anak buah Babah Liem. Pitung
menghajar mereka dan mereka kalah lagi.
Sejak
hari itu, Si Pitung memutuskan untuk membela orang-orang yang lemah. Beberapa
anak buah babah Liem yang pernah dihajarnya ada yang insyaf dan ia mengajak
mereka untuk membentuk suatu kelompok. Bersama kelompoknya, ia merampoki rumah-rumah
orang kaya dan membagi-bagikan harta rampasannya kepada orang-orang miskin dan
lemah.
Suatu
hari, Pitung dan kelompoknya terjebak oleh siasat polisi Belanda. Pitung
membiarkan dirinya tertangkap, sementara teman-temannya berhasil meloloskan
diri. Akhirnya si Pitung dibawa ke penjara dan disekap di sana. Karena si
Pitung adalah seorang yg cerdik dan sakti, maka dia berhasil meloloskan diri
lewat genteng pada malam hari saat penjaga sedang istirahat. Mendengar kabar
bahwa orang tua dan gurunya ditangkap polisi belanda, lalu si Pitung mengirim
pesan untuk menyerahkan diri bila orang tua dan gurunya itu dibebaskan.
Schout
Heyne marah, lalu mundur beberapa langkah dan memberi aba-aba agar pasukannya
bersiap menembak. Protes dari Haji Naipin tidak didengarkan, akhirnya si Pitung
gugur bersimbah darah. Orang tua dan guru si Pitung merasa sangat sedih. Banyak
rakyat yang turut mengiringi pemakamannya dan mendoakannya. Mereka berjanji
akan selalu mengingat jasa Si Pitung sebagai pahlawan Betawi.
Ini TAPASS nyaa
Ini TAPASS nyaa
1.
Tema : Cerita Rakyat dari
Betawi
2.
Amanat :
Kita harus selalu mengigat jasa seorang pahlawan telah membela kita.
3.
Penokohan :
1. Protagonis :
a. Si Pitung :
bijaksana, tegas, pemberani
b. Orang tua Pitung :
sabar
c. Haji Naipin :
sabar
2. Antagonis :
a. Babah Liem :
sombong, serakah
b. Anak buah Babah Liem : pemarah, kasar
c. Schout Heyne :
pemarah
4.
Alur :
Maju
5.
Setting/Latar :
a. Tempat :
Daerah Rawabelong, Kebayoran, Jakarta, Pasar Tanah Abang, sungai.
b. Waktu : Pada zaman penjajahan Belanda, suatu hari.
6.
Sudut Pandang : Orang kedua à Pitung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar